GENERATOR DC
Ini adalah gambaran contoh generator DC,
Dengan arus yang bergerak menjauhi kita dapat dilambangkan dengan x (cross) dan arus yang bergerak mendekati kita dapat dilambangkan dengan titik.
EMF yang
dihasilkan tersebut dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
- kuat
medan magnet atau yang ekuivalen dengan jumlah garis gaya medan magnet yang
terbentuk (B). - Panjang konduktut yang memutus medan magnet (l)
- Kecepatan gerak dari konduktor (v)
kesimpulan :
Menambah kuat medan magnet atau menambah panjang dari konduktor atau mempercepat gerak konduktor memotong medan magnet akan dapat meningkatkan EMF yang terbentuk, perumusan ini hanya berlaku jika kawat konduktor bergerak dalam garis lurus.
Tetapi pada mesin yang sebenarnya konduktor tidak bergerak dalam garis lurus melainkan bergerak secara rotasi.
Jika konduktor berputar melingkar jumlah garis magnet yang terputus adalah bervariasi tergantung pada posisi konduktor, bila saat konduktor berada diatas dan dibawah tidak akan terjadi EMF, karena tidak ada garis magnet yang terpotong. Ketika konduktor berputar 360o secara mekanik akan menghasilkan 360o EMF secara elektrik, dan dapat dirumuskan :
e = B.l.v.sin θ
Gamabr arus AC menjadi DC
sehingga
arus yang di hasilkan secara internal oleh semua generator adalah dalam bentuk
gelombang sinus atau arus bolak-balik (AC), dan untuk mendapatkan keluaran arus
searah (DC) kita perlu menambahkan komutataor, sehingga EMF yang digunakan
hanya satu arah saja.
Putaran medan magnet dijelaskan
pada gambar di bawah dengan “menghentikan” medan tersebut pada enam posisi.
Tiga posisi ditandai dengan interval 60o pada gelombang sinus yang mewakili
arus yang mengalir pada tiga fasa A,B, dan C. Jika arus mengalir dalam suatu
fasa adalah positif, medan magnet akan menimbulkan kutub utara pada kutub
stator yang ditandai dengan A’, B’, dan C’.
Gambar putaran motor induksi dan
medan putar.
Pada posisi T1, arus pada fasa C
berada pada harga positif maksimumnya. Pada saat yang sama, arus pada fasa A
dan B berada pada separuh harga negative maksimumnya. Medan magnet yang
dihasilkan terbentuk secara vertical dengan arah ke bawah, dengan kekuatan
medan maksimum terjadi sepanjang fasa C, antara kutub C (utara) dengan C’
(selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih lemah yang
dihasilkan sepanjang fasa A dan B, dengan kutub-kutub A’ dan B’ menjadi
kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan B menjadi kutub-kutub selatan.
Pada posisi T2, gelombang sinus
arus telah berotasi sebanyak 60 derajat listrik. Pada posisi ini, arus dalam
fasa A telah naik hingga harga negative maksimumnya. Arus pada fasa B mempunya
arah yang berlawanan dan berada pada separuh harga maksimum positifnya. Begitu
pula arus pada fasa C telah turun hingga separuh dari harga maksimum
positifnya. Medan magnet yang dihasilkan terbentuk ke kiri arah bawah, dengan
kekuatan medan maksimum sepanjang fasa A, antara kutub-kutub A’ (utara) dan A
(selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih lemah yang
timbul sepanjang fasa B dan C, dengan kutub-kutub B dan C menjadi kutub-kutub
utara dan kutub-kutub B’ dan C’ menjadi kutub-kutub selatan. Di sini terlihat
bahwa medan magnet pada stator motor secara fisik telah berputar sebanyak 60o.
Pada posisi T3, gelombang sinus
arus berputar lagi 60 derajat listrik dari posisi sebelumnya hingga total
rotasi pada posisi ini sebesar 120 derajat listrik. Pada posisi ini, arus dalam
fasa B telah naik hingga mencapai harga positif maksimumnya. Arus pada fasa A
telah turun hingga separuh dari harga negative maksimumnya, sementara arus pada
fasa C telah berbalik arah dan berada pada separuh harga negative maksimumnya
pula. Medan magnet yang dihasilkan mengarah ke atas kiri, dengan kekuatan medan
maksimum sepanjang fasa B, antara kutub B (utara) dan B’ (selatan). Medan
magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih lemah sepanjang fasa A dan C,
dengan kutub-kutub A’ dan C’ menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan C
menjadi kutub-kutub selatan. Sehingga terlihat di sini bahwa medan magnet pada
stator telah berputar 60o lagi dengan total putaran sebesar 120o.
Pada posisi T4, gelombang sinus
arus telah berotasi sebanyak 180 derajat listrik dari titik T1 sehingga hubungan
antara arus-arus fasa adalah indentik dengan posisi T1 kecuali bahwa
polaritasnya telah berbalik. Karena fasa C kembali pada harga maksimum, medan
magnet yang dihasilkan sepanjang fasa C kembali berada pada harga maksimum,
medan magnet yang dihasilkan sepanjang fasa C akan memiliki kekuatan medan
maksimum. Meskipun demikian, dengan arus yang mengalir dalam arah yang
berlawanan pada fasa C, medan magnet yang timbul mempunyai arah ke atas antara
kutub C’ (utara) dan C (selatan). Terlihat bahwa medan magnet sekarang telah
berotasi secara fisik sebanyak 180o dari posisi awalnya.
Pada posisi T5, fasa A berada pada
harga positif maksimumnya, yang menghasilkan medan magnet ke arah atas sebelah
kanan. Kembali, medan magnet secara fisik telah berputar 60o dari
titik sebelumnya sehingga total rotasi sebanyak 240o. Pada titik T6,
fasa B berada pada harga maksimum negative yang menghasilkan medan magnet ke
arah bawah sebelah kanan. Medan magnet pun telah berotasi sebesar 60o
dari titik T5 sehingga total rotas adalah 300o.
Akhirnya, pada titik T7, arus
kembali ke polaritas dan nilai yang sama seperti pada Posisi T1. Karenanya,
medan magnet yang dihasilkan pada posisi ini akan identik dengan pada posisi
T1. Dari pembahasan ini, terlihat bahwa untuk satu putaran penuh gelombang
sinus listrik (360o), medan magnet yang timbul pada stator sebuah
motor juga berotasi satu putaran penuh (360o). Sehingga, dengan
menerapkan tiga-fasa AC kepada tigfa belitan yang terpisah secara simetris
sekitar stator, medan putar (rotating magnetic field) juga timbul.
- SLIP
Jika arus bolak balik dikenakan
pada belitan stator dari sebuah motor induksi, sebuah medan putar timbul. Medan
putar ini memotong batang rotor dan menginduksikan arus kepada rotor. Arah
aliran arus ini dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kiri untuk
generator.
Arus yang diinduksikan ini akan
menghasilkan medan magnet di sekitar penghantar rotor, berlawanan polaritas
dari medan stator, yang akan mengejar medan magnet pada stator. Karena medan
pada stator terus menerus berputar, rotor tidak pernah dapat menyamakan posisi
dengannya alias selalu tertinggal dan karenanya akan terus mengikuti putaran
medan pada stator sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar Induction Motor
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa rotor pada motor induksi tidak
pernah dapat berputar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar.
Jika kecepatan rotor sama dengan keceparan medan putar stator, maka tidak ada
gerak relatif antara keduanya, dan tidak akan ada induksi EMF kepada rotor.
Tanpa induksi EMF ini, tidak akan ada interaksi medan yang diperlukan untuk
menimbulkan gerak. Rotor, karenanya ahrus berputar dengan kecepatan yang lebih
rendah dari kecepatan medan putar stator jika gerak relatif tersebut harus ada
antara keduanya.
- Pengaruh CEMF terhadap kinerja dari motor DC pada praktiknya adalah sebagi merikut:
1)
Motor
yang dirangkai secara seri akan memiliki kecepatan (gaya) putar awal (starting)
yang baik, kecepatan rotasi akan terus meningkat hingga dapat menyebabkan
kerusakan pada motor. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan beban pada motor
yang berfungsi sebagai kontrol putar.
2)
Motor
yang dirangkai secara paralel meliki kecepatan awal yang kurang baik akan
tetapi putaran motor akan tetap stabil, penambahan beban yang di berikan tidak
akan mempengaruhi kecepatan putar motor tetapi akan berpengaruh pada arus in
put yang dibutuhkan.
3)
Motor
yang dirangkai secara ganda (gabungan seri dan paralel), akan memiliki
kecepatan awal yang baik dan stabilitas putaran yang baik. Dengan syarat untuk
start awal menggunakan rangkaian seri, dan selanjutnya menggunakan rangkaian
paralel.
0 komentar:
Posting Komentar